Rabu, April 13

Program Naturalisasi Lunturkan Nasionalisme

PALEMBANG - Kebijakan otoritas sepakbola tertinggi di Tanah Air yang menjalankan program pemberian kewarganegaraan kepada para pemain asing untuk memperkuat tim nasional Indonesia disorot oleh pemerhati sepakbola.

"Kita seharusnya diberi tahu sampai benar-benar paham apa agenda yang dilakukan pengurus Badan Tim Nasional (BTN) itu sejalan dengan semangat pembinaan di dalam negeri ini," kata Paisal Conk, pemerhati sepakbola asal Kota Pempek kepada okezone, Rabu (13/4/2011).

Conk menyatakan sekira tiga juta orang pesepakbola muda sedang menuntut ilmu di Sekolah Sepakbola (SSB) di seantero Nusantara. Efek naturalisasi pemain asing tentu berdampak pada keseriusan jutaan pemain muda itu untuk menekuni olahraga sebagai pilihan karier di masa depan.

"Pemain naturalisasi yang tidak ada kaitan emosional dengan Indonesia dikhawatirkan justru berpotensi melunturkan rasa nasionalisme itu sendiri," lanjutnya.

Dosen Politeknik Negeri Sriwijaya itu mengimbau hendaknya BTN menghitung ulang untung-ruginya menaturalisasikan para ekspatriat menjadi Warga Negara Indonesia.

"Kecuali misalnya para pemain yang memiliki keterikatan emosional dengan negeri ini seperti Cristian Gonzales yang memperistri perempuan Indonesia. Atau Irfan Bachdim yang memiliki salah satu orang tua asli pribumi," kata Conk.

"Atau seperti para pebulutangkis dari etnis Tionghoa (China) yang memang telah hidup selama beberapa generasi di Indonesia, sehingga mereka layak membela panji-panji Garuda Merah Putih," ujar dia.

Seperti diketahui, dimotori Deputi BTN Iman Arief, timnas U-23 dan timnas Senior membidik beberapa pemain seperti Greg Nwokolo, Victor Igbonefo, dan Ruben Wuarbanaran untuk diberikan hak menjadi WNI.

Paisal Conk, mantan pemain PS Palembang era 80-an itu memungkas keterangan, "Jangan karena program sesaat demi mengejar prestasi instan, kita lalu seenaknya mengabaikan niat suci membela Tanah Air dari tiga juta orang yang bersedia memberikan segalanya."