(Foto: vhrmedia)
RATUSAN warga dari berbagai kota saling berebut tumpeng di makam Kyai Ageng Jaka Tarub. Meski terinjak-injak, mereka berusaha untuk mendapatkan berkat, bahkan nasi berkat yang telah terinjak dan jatuh ke tanah nekat mereka makan demi mendapatkan berkah dari makanan tersebut.
Warga yang tidak sabar menunggu langsung menyerbu seluruh tumpengan dan hasil bumi di Aula Makam Ki Ageng Jaka Tarub, Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo, Ggrobogan, Jawa Tengah seusai dibacakan doa. Mereka datang dari berbagai kota hanya untuk mendapatkan berkah dari haul Kyai Ageng Jaka Tarub.
Meski jatuh dan terinjak-injak oleh temannya, para ibu terus bangkit dan kembali berebut tumpengan. Bahkan, sebagian lagi nekat mengais sisa nasi kuning yang telah terjatuh dan terinjak-injak. Suminem dan
Waridah, misalnya, mengaku senang meski harus memakan nasi yang telah jatuh ke tanah karena dianggap memiliki berkah.Warga yang tidak sabar menunggu langsung menyerbu seluruh tumpengan dan hasil bumi di Aula Makam Ki Ageng Jaka Tarub, Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo, Ggrobogan, Jawa Tengah seusai dibacakan doa. Mereka datang dari berbagai kota hanya untuk mendapatkan berkah dari haul Kyai Ageng Jaka Tarub.
Meski jatuh dan terinjak-injak oleh temannya, para ibu terus bangkit dan kembali berebut tumpengan. Bahkan, sebagian lagi nekat mengais sisa nasi kuning yang telah terjatuh dan terinjak-injak. Suminem dan
Tradisi ini rutin dilakukan setahun sekali yang dipimpin oleh putra-putri Kraton Surakarta. Selain mendoakan arwah Ki Ageng Jaka Tarub, upacara ini juga ditujukan untuk meminta kemakmuran seluruh warga kepada Tuhan.
Warga dan keluarga Kraton mengaku tidak berani meninggalkan tradisi turun-temurun ini. Jika ditinggalkan, mereka takut akan terjadi musibah yang tidak diinginkan.